Kasus Mortara

Pengambilan Paksa Edgardo Mortara karya Moritz Daniel Oppenheim, 1862. Gambaran peristiwa dalam lukisan ini agak menyimpang dari catatan sejarah. Menurut catatan sejarah, tidak ada rohaniwan yang hadir saat pelaksanaan pengambilan paksa.[1]

Kasus Mortara (bahasa Italia: caso Mortara) adalah cause célèbre di Italia yang menyita perhatian masyarakat Eropa dan Amerika Utara pada dasawarsa 1850-an dan 1860-an. Kasus ini berkisar seputar tindakan pengambilan paksa yang dilakukan pemerintah Negara Gereja di Bologna terhadap Edgardo Mortara, seorang kanak-kanak Yahudi yang baru berumur enam tahun, atas dasar pengakuan seorang mantan pelayan keluarga Mortara bahwa Edgardo sudah ia baptis darurat saat sakit semasa bayi. Edgardo tumbuh menjadi pemeluk agama Kristen Katolik di bawah asuhan Paus Pius IX, yang selalu menolak memulangkan Edgardo setiap kali diminta kembali oleh ayah dan ibu kandungnya. Edgardo akhirnya menjadi seorang imam Katolik. Kecaman terhadap tindakan pengambilan paksa ini, baik dari dalam maupun dari luar negeri, menjadi salah satu dari sekian banyak faktor penyebab runtuhnya Negara Gereja pada masa penyatuan Italia.

Menjelang akhir tahun 1857, Inkuisitor Bologna, Padri Pier Feletti, mendengar selentingan bahwa Anna Morisi, yang pernah bekerja sebagai pelayan keluarga Mortara selama enam tahun, sudah membaptis Edgardo secara diam-diam lantaran khawatir anak itu akan mati ketika terserang penyakit semasa bayi. Kongregasi Suci Tertinggi Inkuisisi Roma dan Sedunia menegaskan bahwa pembaptisan diam-diam ini telah membuat Edgardo menjadi warga Gereja Katolik. Karena Negara Gereja mengharamkan pengasuhan kanak-kanak Kristen oleh umat beragama lain, maka Kongregasi Suci Tertinggi Inkuisisi Roma dan Sedunia memerintahkan agar Edgardo dipisahkan dari keluarganya, dan diasuh oleh Gereja. Polisi baru mendatangi rumah keluarga Mortara selepas senja tanggal 23 Juni 1858, dan baru melaksanakan pengambilan paksa pada malam hari tanggal 24 Juni 1858.

Setelah ayah kandung Edgardo diizinkan mengunjunginya pada bulan Agustus dan bulan September, beredar dua versi berita yang saling bertentangan. Menurut versi yang satu, Edgardo rindu pulang ke rumah keluarganya dan kembali memeluk agama leluhurnya, sementara menurut versi yang lain, Edgardo sudah menamatkan pelajaran katekismus dengan gemilang dan menghendaki kedua orang tuanya ikut memeluk agama Kristen Katolik. Kecaman dunia Internasional datang bertubi-tubi, tetapi Sri Paus bergeming. Setelah rezim Negara Gereja di Bologna tumbang pada tahun 1859, Padri Pier Feletti diperkarakan dengan dakwaan terlibat dalam kasus pengambilan paksa terhadap Edgardo Mortara. Pengadilan memutuskan bahwa Padri Pier Feletti hanya sekadar menjalankan tugas, oleh karena itu pengadilan membebaskannya dari segala dakwaan. Di bawah asuhan Sri Paus selaku ayah angkat, Edgardo Mortara menjalani pendidikan imamat di Roma sampai Kerajaan Italia merebut kota itu sekaligus menamatkan riwayat Negara Gereja pada tahun 1870. Edgardo Mortara hijrah meninggalkan Italia, dan ditahbiskan menjadi imam di Prancis tiga tahun kemudian, saat berumur 21 tahun. Padri Edgardo Mortara selanjutnya lebih banyak tinggal di luar Italia sampai tutup usia di Belgia pada tahun 1940, saat berumur 88 tahun.

Sejumlah sejarawan mengedepankan kasus ini sebagai salah satu peristiwa terpenting pada masa jabatan Paus Pius IX, dan menghubung-hubungkan kebijakan Sri Paus dalam penanganan Kasus Mortara pada tahun 1858 dengan hilangnya sebagian besar wilayah Negara Gereja pada tahun 1859. Kasus Mortara bahkan membuat Kaisar Prancis, Napoleon III, berubah sikap dari menentang menjadi mendukung gerakan penyatuan Italia. Historiografi Italia tradisional seputar gerakan penyatuan Italia tidak banyak mengungkit Kasus Mortara, dan sebagian besar ahli sejarah yang masih ingat akan kasus ini pada akhir abad ke-20 adalah ahli-ahli sejarah Yahudi. Meskipun demikian, sebuah kajian atas Kasus Mortara yang dilakukan pada tahun 1997 oleh sejarawan Amerika Serikat, David Kertzer, telah memelopori penelaahan kembali kasus ini secara lebih mendalam.

  1. ^ Benton, Maya (18 December 2013). "The Story Behind the Painting That Is the Basis for Steven Spielberg's Next Film". Tablet. New York. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-13. Diakses tanggal 6 Desember 2015. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search